MENJADI
PROFESIONAL DENGAN BELAJAR FILSAFAT
Pikiran kita terbatas.
Pemikiran orang cukup tinggi sehingga tergoda untuk menjadi sombong. Sebagai
contoh adalah Euclides yang mengatakan bahwa bilangan mengatur alam dan
matematika adalah agama, karena pada zaman itu manusia belum mengenal Tuhan
yang sesungguhnya. Setiap hari kita dihadapkan pada persoalan yang beruntun,
sehingga kita harus memikirkannnya, sehingga diperlukan agama sebagai penuntun.
Mengendalikan pikiran ada pakarnya masing-masing. Ilmu gendam, ilmu sihir,
hipnotis merupakan bagian dari ilmu pengendalian pikiran yang membatasi pikiran
orang lain. Pikiran dan Doa, merupakan metodologi. Bagaimana kita bisa berdoa
secara khusuk, Rethret (katholik), Toriqot (Islam), memerlukan bimbingan guru
spiritual. Tetapi ada saat tertentu, pikiran kita sudah tidak berjalan lagi,
yang ada adalah doa di dalam hati.
Ada itu berdimensi.
Orang yang tidak ada otomatis tereliminasi sifat-sifatnya. Satu hal yang tidak
bisa dibantah dan pasti adalah diriku yang sedang bertanya. Aku ada karena aku berpikir.
Implementasi di kelas, kalau guru belum
bisa membuat siswa berpikir, maka guru itu belum ada bagi murid-muridnya.
Bagaimana memahami
hidup. Hidup dimulai sejak kita lahir. Bayi sudah belajar memahami segala hal,
karena hidup berdimensi. Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam
memahami lingkungannya. Keturunan diperoleh dari spesies yang terbaik.
Mempelajari filsafat juga professional dalam hal methodologi, epistemologi
dalam mencari sumber pengetahuan. Contohnya bahwa Pengetahuan berasal dari diri
kita (Plato – idealis). Jangan menghindar belajar filsafat supaya kita bisa
memanage profesionalisme.
Metode hermenetika, diterjemahkan
dan menerjemahkan dalam arti dalam dan luas. Sebagai langkah dalam hidup kita
untuk menjadi lebih baik. Menyelaraskan olah pikir dan olah hati. Mencari yang
baik – baik saja sesuai dengan konteks lingkungan dalam bersosialisasi di
masyarakat.
Segala sesuatu terjadi
di dalam ruang dan waktu. Sehingga kita harus sopan santun terhadap ruang dan
waktu. Implementasi dalam pembelajaran Matematika, kita harus mempelajarinya
dengan baik, sehingga kita santun terhadap matematika. Menurut orang jawa,
sopan santun adalah ilmu yang paling tinggi. Dalam kehidupan masyarakat, kita
harus santun dalam arti menyesuaikan diri sesuai dengan adat masyarakat
setempat.
Filsafat pendidikan
matematika mempelajari yang ada dan yang mungkin ada di dalam pendidikan
matematika. Dalam sedalam-dalamnya secara hakiki. Guru yang professional, harus
bisa menjelaskan dasar kita mengajar matematika.
Pandangan filsafat terhadap aliran
kepercayaan, sesuai dengan jenis agama. Pancasila merupakan filsafat bangsa
Indonesia.
Epistemologi adalah
filsafat ilmu, dan filsafat ilmu adalah filsafat berpikir, dasar kita
mempelajari sesuatu. Bahasa filsafat lebih halus dari yang halus. Sebenar-benar
halus adalah milik Tuhan. Halus hanya ada dalam pikiran manusia, secara nyata
tidak ada sesuatu yang halus.
Sebagai manusia, kita
harus bisa melakukan abstraksi dan idealisasi. Abstraksi, mengambil atau
memilih sifat yang ada. Memilih mangandung eliminasi. Contoh, kita harus
memilih mana yang harus kita lihat dan kita dengarkan pada saat yang bersamaan.
Abstraksi merupakan kodrat Tuhan. Sedangkan idealisasi adalah mengambil sifat
yang sempurna.
Manusia sebagian besar
merupakan kaum fundasionalis. Semua berdasar, dimulai dari yang kita sadari
maupun yang tidak kita sadari sampai pada waktu, ruang, bahkan berpikir. Cara
belajar dimulai ketika kita lahir.
Pertanyaan yang saya
ajukan dalam refleksi kali ini adalah bagaimana
kita bisa menjadi pribadi yang professional, sementara kita berada dalam
keterbatasan dimensi ruang dan waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar