Total Tayangan Halaman

Senin, 24 September 2012

REFLEKSI KULIAH FILSAFAT ILMU 17 SEPTEMBER 2012


MEMBANGUN KESADARAN BERPIKIR DALAM BERFILSAFAT

Esensi filsafat, dari awal hingga akhir pada intinya kita belaajr adab dalam berfilsafat, dan berpikir sesuai ruang dan waktu. Setiap individu menmpati ruang dan waktu masing – masing. Tergantung individu masing – masing dalam memanfaatkan ruang dan waktu sebagai kesempatan hidup. Adanya ketidaktepatan ruang dan waktu berakibat siapa yang berkuasa dialah yang berhak bicara. Filsafat tidak hanya olah pikir orang biasa, dalam artian harus profesional, yang mempunyai kesadaran dalam setiap multi dimensi.
Pada jaman Yunani Kuno, filsafat dikenakan pada objek dan metodenya. Contohnya dalam filsafat politik, objeknya adalah kekuasaan dan metodenya adalah bagaimana memperoleh kekuasaan.  Filsafat matematika, objeknya adalah matematika dan metodenya bermacam – macam. Metode filsafat secara umum adalah yang berlaku secara keseluruhan, yaitu hermeneutika, diterjemahkan dan menterjemahkan hidup. Filsafat tertua berasal dari Yunani. Orang Yunani sudah belajar bagaimana berdemokrasi. Separo pemikiran adalah pengalaman. Kontradiksi di dalam matematika adalah tidak tak konsisten terhadap apa saja yang didefinisikan dalma Matematika. Unsur dasar matematika adalah kontradiksi. Matematika adalah eksak, matematika adalah ilmu pasti adalah mitos.
Filsafat adalah manajemen ruang dan waktu. Tidak peka terhadap ruang dan waktu merupakan penyakit filsafat. Filsafat memperjuangkan yang ada dan yang mungkin ada dalam pikiran kita. Satu dengan yang lain merupakan thesis dan anti thesis. Filsafat memperbincangkan segala sesuatu. Menginteraksikan antara thesis dan anti thesis, karena obyek filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Mesir merupakan thesis dari orang Yunani dan orang Yunani merupakan anti thesis dari orang Mesir. Kesadaran berfilsafat sangat lembut sekali. Pusat budaya adalah kerajaan, yang mengajarkan forma atau tata cara. Seperti kisah kepahlawanan Sumantri yang tergoda kesetiaan pengabdiannya pada Negara karena tergoda oleh wanita.
Matematika di Babilonia, Mesopotamia muncul dari bawah dari kebutuhan hidup manusia yang tidak disadari secara penuh, bahwa itu adalah Matematika dengan segala macam persoalan yang ada. Kalau kita berfilsafat maka kita bisa melakukan kesadaran ke luar dan kesadaran ke dalam, dan ini hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Orang Yunani menemukan prinsip – prinsip yang dikembangkan oleh orang Mesir kuno. Salah satunya mencari luas daerah bangun datar yang perhitungannya sudah hampir mendekati melalui mencoba – coba. Selanjutnya dicari bentuk umum yang universal. Ini menunjukkan bahwa orang Yunani sudah melakukan abstraksi terhadap fenomenologi yang ada.
Sejalan dengan filsafat, maka terjadilah revolusi oleh Euclides, yang menulis buku tentang Unsur – unsure Geometri 13 jilid yang sangat terkenal dan berlaku berabad – abad. Namun, pembelajaran matematika modern merombak Teori Euclides. Euclides membuat definisi, aksioma, teorema, postulat. Postulat 5 mengatakan bahwa dua garis lurus yang diptong garis lain, yang sudut dalam sepihaknya berjumlah 180 derajat, maka dua garis tersebut pastilah sejajar. Geometri modern menyangkal hal ini.
Hal ini memunculkan banyak sekali yang ingin membangun matematika, salah satunya Hilbert yang membangun matematika yang formal dan aksiomatik, yang sekarang dipelajari di Matematika perguruan Tinggi. Matematika hanya benar untuk semesta di dalamnya. Kalau disinkronkan dengan aspek filsafat, bahwa semua memerlukan abstraksi yang harus dimasukkan ke dalam pikiran kita sesuai dengan ruang dan waktu. Sumber persoalan berfilsafat muncul dari yang ada di dalam pikiran dan yang di luar pikiran. Pengetahuan adalah ilmu yang dibangun di atas pengalaman. Jadi berfilsafat adalah membangun di dalam kesadaran. Matematikawan emmegang kunci teknologi, karena Negara pada intinya adalah 3 hal, yaitu teknologi, kekuasaan, dan uang (ekonomi). Filsafat sehebat apapun tidak bisa kita hindarkan dari revolusi teknologi yang pragmatis. Contohnya masih bertahannya Ujian Nasional meskipun sudah di MK-kan, inilah salah satu perpaduan antara the power, economy, and technology.
Pertanyaan yang saya ajukan dalam refleksi kali ini adalah bagaimana membiasakan diri untuk selalu berpikir secara sadar, sehingga kita selalu terbiasa untuk berfilsafat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar